Adrian Bagus salah satu siswa SMK Manusawa sangat senang mengikuti kegiatan senam P5. (Foto: Agus Triono) |
Apa itu P5 dalam Kurikulum Merdeka?
Dilansir dari situs Balai Guru Penggerak (BGP) Sulawesi Utara, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud ristek), P5 adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan merenungkan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar.
P5 menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang beraneka ragam dalam program intrakurikuler di kelas. P5 menjadi salah satu sarana untuk meraih profil Pelajar Pancasila, memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan sebagai proses penguatan karakter siswa, serta menjadi wadah untuk belajar dari lingkungan sekitar.
Tampak guru dan siswa pun semangat mengikuti kegiatan senam P5. (Foto: Agus Triono)
Tujuan P5
Berdasarkan Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemdikbud Ristek, P5 diharapkan dapat menginspirasi siswa untuk berkontribusi bagi lingkungan di sekitarnya. Penguatan P5 bertujuan menjadi sarana optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, serta berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Dalam skema kurikulum, pelaksanaan P5 terdapat di dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kepmendikbud ristek) No. 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Disebutkan bahwa struktur kurikulum di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta pendidikan dasar dan menengah terdiri atas kegiatan belajar intrakurikuler dan P5.
Agar peserta didik bisa mencapai tujuan P5 dalam Kurikulum Merdeka, maka diperlukan prinsip-prinsip, meliputi:
1. Holistik
Holistik artinya memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak sebagian atau terpisah-pisah. Dalam konteks perancangan P5, kerangka berpikir holistik mendorong siswa untuk menelaah sebuah topik dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami suatu isu secara mendalam.
2. Kontekstual
Prinsip kontekstual berhubungan dengan upaya berdasarkan pembelajaran pada pengalaman nyata dalam keseharian. Prinsip tersebut dapat memacu tenaga pendidik dan peserta didik untuk menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sebagai bahan utama pembelajaran.
Ikrar anti bullying dibacakan oleh salah satu siswa dan ditirukan oleh seluruh siswa kelas X. (Foto: Agus Triono) |
3. Berpusat Pada Peserta Didik
Peserta didik menjadi subyek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajar secara mandiri, termasuk berkesempatan untuk memilih dan mengusulkan ide topik P5. Guru diharapkan dapat mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar mengajar yang memberikan banyak instruksi dan menjelaskan materi.
4. Eksploratif
Prinsip eksploratif mengacu pada semangat untuk mengembangkan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun bebas. P5 tidak berada dalam skema intrakurikuler yang terkait dengan mata pelajaran formal. Namun, pelaksanaan P5 memiliki area yang luas dari segi jangkauan materi, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran.
Sumber: tekno.tempo.co